Tuesday, June 23, 2009

Pengusaha Muslim

Pengalaman Bisnis
Puspo Wardoyo
Pemilik RM Wong Solo




Pendahuluan


Bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan baumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. (QS. Hud : 61)
Paling tidak ada dua alasan mengapa kewirausahaan perlu dikembangkan di Indonesia, dengan penduduk mayoritas muslim.
Pertama, kenyataan dari sejumlah angkatan kerja yang ada, masih sangat sedikit yang tertampung dalam lapangan kerja, sehingga pembukaan lapangan kerja baru menjadi suatu keniscayaan dalam pemberdayaan masyarakat Indonesia.
Kedua, Nabi Muhammad saw yang merupakan ikutan dan teladan bagi umat Islam, komunitas terbanyak negeri ini, adalah seorang pedagang yang sangat ulet dan professional, jujur, memgang amanah, dan terpercaya. Bahkan kredibilitas dan integritas pribadinya sebagai pedagang mendapat pengakuan, bukan hanya dari kaum muslimin, tetapi juga orang Yahudi dan Nasrani, dikarenakan Nabi menjalankan usahanya dengan sangat professional (semua sejarah Nabi Muhammad saw membuktikan hal ini. Lihat, misalnya, Husein Haekal, Hayatu Muhammad)
Berusaha Bagian Integral dari Kehidupan
Sebagi agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya keberdayaan ummatnya, maka Islam memandang bahwa berusaha atau berwirausaha merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Terdapat sejumlah ayat dan habits Nabi Muhammad saw yang menjelaskan pentingnya aktifitas berusaha itu. Di antaranya :
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia Allah. (QS. Al Jumuah : 10)
Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik dari pada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak. (HR. Bukhari)
Pernah suatu saat Rasulullah ditanya oleh sahabat, “pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab, seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih. (HR.Al Bazzar)
Hadits-hadits di atas memperlihatkan bagaimana kewirausahaan merupakan aktifitas yang inhern dalam ajaran Islam. Sedemikian strategisnya kedudukan kewirausahaan dan perdagangan dalam Islam, hingga teologi Islam itu dapat disebutkan sebagai “teologi perdagangan”(commercial theology). Hal tersebut dapat dilihat dalam kenyataan bahwa:
Hubungan timbal balik antara Tuhan dan manusia bersifat perdagangan betul, Allah adalah Saudagar sempurna. Ia (Allah) memasukkan seluruh alam semesta dalam pembukuan-Nya. Segalanya diperhitungkan, tiap barang diukur. Ia telah membuat buku perhitungan, neraca-neraca, dan Ia (Allah) telah menjadi contoh buat bisnis-bisnis yang jujur.

Sifat-Sifat Dasar Pengusaha Muslim
Budaya kewirausahaan muslim itu bersifat manusiawi dan religius, berbeda dengan budaya profesi lainnya yang tidak menjadikan pertimbangan agama sebagai landasan kerjanya.
Dengan demikian seorang wirausahawan Muslim akan memiliki sifat-sifat dasar yang mendorongnya untuk menjadi pribadi yang kreatif dan handal dalam menjalankan usahanya atau menjalankan aktivitas pada perusahaan tempatnya bekerja.
Sifat-sifat dasar itu di antaranya ialah :
· Selalu menyukai dan menyadari adanya ketetapan dan perubahan. Ketetapan ditemukan antara lain konsep aqidah (QS. Al Anbiya : 125). Sedangkan perubahan dilaksanakan pada masalah-masalah muamalah, termasuk peningkatan kualitas kehidupan. (QS.Al Ra’d : 11)
· Bersifat inovatif, yang membedakannya dengan orang lain. Al Qur’an menempatkan manusia sebagai khalifah, dengan tugas memakmurkan bumi, dan melakukan perubahan serta perbaikan (al Hadits.)
· Berupaya secara sungguh-sungguh untuk bermanfaat bagi orang lain. Ada beberapa hadis yang menjelaskan keharusan seseorang untuk bermanfaat bagi orang lain.
- Manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain (al Hadits)
- Siapa yang membantu seseorang untuk menyelesaikan kesulitan di dunia, niscaya Tuhan akan melepaskannya dari kesulitan di hari kemudian (al Hadits)
- Siapa yang menyayangi seseorang di dunia, maka Yang Di Langit akan menyayanginya (al Hadits)
- Tidak disebut seseorang itu beriman sebelum ia menyayangi saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri (al Hadits)
· Karyanya dibangun secara berkelanjutan. Bukan hanya untuk sesaat atau untuk dirinya sendiri atau orang sezamannya, tetapi untuk jangka waktu yang lebih panjang dan bagi generasi-generasi sesudahnya. Bukan hanya diusahakan berjalan baik pada masanya, tetapi juga sesudahnya. Tegasnya, dibutuhkan pelembagaan bagi sistem kerjanya. Banyak hadits dan ayat-ayat yang memberikan bimbingan dalam hal ini. Di antaranya :
- Bekerjalah kamu untuk dunia seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhirat, seolah-olah kamu akan mati esok hari. (al Hadits)
- Sekiranya kamu tahu bahwa engkau akan mati esok hari, silakan kamu menanam kurma hari ini. (al Hadits)
- Hendaklah merasa kawatir orang-orang yang meninggalkan keturunannya berada dalam keadaan lemah, kawatir akan masa depan mereka. (QS. An Nisa’ : 9)

Memulai usaha dengan menata keluarga dahulu
Keluarga merupakan hal yang tak terpisahkan dari dunia bisnis/usaha. Permasalahan keluraga akan berpengaruh pada maju mundurnya suatu usaha. Ibaratnya, keluarga dan bisnis adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Karenanya, ketika akan mengawali usaha kita harus menata atau memenej keluarga terlebih dulu. Anggota inti keluarga hendaknya bisa memahami tentang dunia usaha yang dipilih. Pemahaman ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik dalam keluarga.
“Kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka . Oleh karena wanita yang solehah adalah yang taat kepada Allah dan memelihara diri saat suami tidak dihadapannya. Oleh karena Allah telah memelihara mereka. (QS. An Nisa’ : 34)
Menata keluarga yang baik adalah bagaimana kita menjalankan roda kehidupan keluarga berdasarkan Qur’an dan Sunnah Nabi. Apabila anggota keluarga telah menjalankan kewajiban dan memperoleh haknya, insya Allah, akan terwujud keluarga sakinah. Suami mempunyai hak dan kewajiban (akhlak suami), istri juga mempunyai hak serta kewajiban (akhlak istri). Selain itu juga ada hak dan kewajiban orang tua (akhlak orang tua) dan hak serta kewajiban anak kepada orang tuanya (akhlak anak). Semuanya telah diatur dalam Islam. Apabila kesemuanya bisa berjalan dengan baik dan benar, berarti kehidupan keluarga bisa berjalan dengan landasan akhlaqul karimah. Pada keluarga yang demikian, apabila menjalankan sebuah usaha, Insya Allah kemungkinan susksesnya lebih besar.

Integritas Wirausahawan Muslim
Keberhasilan seorang wirausahawan muslim bersifat independen. Artinya keunggulan berpusat pada integritas pribadinya, bukan dari luar dirinya. Hal ini selain menimbulkan kehandalan menghadapi tantangan juga merupakan garansi tidak terjebak dalam praktek-praktek negatif dan bertentangan dengan peraturan, baik peraturan negara maupun peraturan agama. Integritas wirausahawan muslim tersebut terlihat dalam sifat-sifat, antara lain :
1.Taqwa, tawakal, zikir dan bersyukur
Seorang wirausahawan muslim memiliki kayakinan yang kukuh terhadap kebenaran agamanya sebagai jalan keselamatan, dan bahwa dengan agamanya ia akan menjadi unggul. Keyakinan ini membuatnya melakukan usaha dan kerja sebagai dzikir dan bertawakal serta bersyukur pasca usahanya.
2.Motivasinya bersifat vertical dan horizontal
Motivasi wirausaha muslim bersifat vertical dan horizontal. Secara horizontal terlihat pada dorongannya untuk mengembangkan potensi dirinya dan keinginannya untuk selalu mencari manfaat sebesar mungkin bagi orang lain. Sementara secara vertical dimaksudkan untuk mengabdikan diri kepada Allah swt. Motivasi di sini berfungsi sebagai pendorong, penentu arah dan penetapan skala prioritas.
Rasulullah saw menyebutkan bahwa nilai suatu pekerjaan dilihat dari kualitas niatnya endiri (al Hadits). Orang harus bekerja untuk kebahagiaan dirinya sendiri dan keluarganya serta untuk orang lain.
3.Niat suci dan ibadah
Islam menekankan bahwa keberadaan manusia di dunia adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya. (QS.Al Dzariyat : 56)
Bagi seorang muslim, menjalankan usaha merupaka aktifitas ibadah sehingga ia harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi ta’ala), cara yang benar, dan tujuan serta pemanfaatan hasil secara benar. Sebab dengan itulah ia memperoleh garansi keberhasilan dari Tuhan.
4.Memandang status dan profesi sebagai amanah
Seorang wirausahawan muslim senantiasa menyadari bahwa statusnya atau profesinya sebagai amanah. Karena itu, keberadaannya dalam tugas dan jabatan apa pun selalu digunakan untuk mencapai penunaian amanah itu.(S.Al Mukminun:8)
5.Aktualisasi diri untuk melayani
Wirausahawan muslim senantiasa berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, melayaninya (antum a’lamu bi umuri dunyakum), melayani konsumen atau orang-orang yang menaruh harapan kepadanya atau kerjanya. Berusaha selalu memberikan pelayanan yang baik kepada orang atau lembaga yang berusaha membantu atau memajukan usahanya. Semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa, apa yang dilakukan sebagai pengabdian kepada Yang Maha Menentukan baik semuanya, yakni Allah swt.
6.Mengembangkan jiwa bebas merdeka
Begi usahawan muslim, perlu memiliki jiwa bebas merdeka. Baginya rahmat Tuhan dan rezeki-Nya sangat tidak terbatas sehingga cara dan upaya untuk mencapainya sangat luas pula. Perasaan ini membuatnya menjadi agak tampak tak merasa terikat dengan system yang ada. Namun kebebasannya selalu didasari pada patok-patok atau filosofi dan nilai-nilai yang dianggapnya benar.
7.Azam bangun lebih pagi
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja sejak pagi hari. Setelah sholah subuh, kalau tidak terpaksa, sebaiknya jangan tidur lagi. Bergeraklah untuk mencari rezeki dari Rab-mu. Para malaikat akan turun dan membagi rezeki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
8.Selalu berusaha meningkatkan ilmu dan ketrampilan
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dua pilar bagi pelaksanaan suatu usaha. Oleh karenanya, memenej perusahaan berdasarkan ilmu dan ketrampilan di atas landasan iman dan ketaqwaan merupakan salah satu kunci kebehasilan seorang wirausahawan.
9.Semangat hijrah
Seorang wirausahawan muslim perlu memiliki semangat hijrah. Hijrah merupakan salah satu strategi Nabi Muhammad saw, yang pantas diteladani dan sangat cocok untuk diterapkan dalam dunia bisnis. Makna hijrah ini bukan hanya berarti kepindahan fisik semata, namun juga bermakna meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan perintah-Nya. Hijrah (dalam arti fisik dan spiritual) dalam berbisnis akan mendatangkan semangat baru, bahkan juga peluang baru yang tidak diduga sebelumnya.
10. Keberanian memulai
Keberanian memulai bukan merupakan bawaan lahir. Sebab, setiap orang dapat mengembangkan keberaniannya, dan bila dilakukan secara sungguh-sungguh keberanian tersebut akan berkembang dan berdayaguna. Bill Bates merupakan salah satu contoh yang baik dalam hal ini. Sebab dalam usia 19 tahun ia memilih keluar dari kuliahnya di Harvard Business School dan memilih terjun ke dunia usaha atau menjadi wirausahawan. Akhirnya keberania tersebut mengantarkannya pada suatu keberhasilan yang tercatat dalam sejarah kewirausahaan dunia.
11. Memulai usaha dengan modal sendiri walaupun kecil
Banyak orang berpendapat, uang adalah modal utama usaha dan harus tersedian dalam jumlah yang cukup atau besar. Pandangan ini tidak mutlak salah namun juga belum tentu benar. Memang uang diperlukan sebagai modal usaha, tapi bukan satu-satunya, dan jumlahnya pun tidak selalu harus besar. Ada modal lain yang juga sangat penting, yaitu semangat, kesungguhan dan karakter serta keahlian / ketrampilan. Banyak contoh, mereka yang semula hanya “bermodal dengkul”, namun didukung dengan kesungguhan dan kerja keras dan kecerdasannya akhirnya bisa meraih sukses.
Memulai usaha dengan modal sendiri meskipun kecil, apalagi kalau modal itu diperoleh dari hasil keringat sendiri (bukan dari warisan apalagi meminta-minta), merupakan awal yang baik untuk meraih sukses.
12. Sesuai bakat
Setiap manusia dikaruniai Allah kelebihan dan kekurangan. Kelebihan atau potensi dalam diri seseorang dapat dikembangkan atau dimenej untuk mencari rezeki. Usaha yang dirintis dari hobby atau potensi / keterampilan yang ada dalam dirinbya akan lebih berpeluang untuk sukses. Sebab ia akan selalu bersemangat, pekerjaannya menyenangkan, sehingga ia akan mencintainya. Hampir semua pengusaha yang sukses memulai usahanya dari sesuatu yang dicintai dan potensi yang ada dalam dirinya.
13. Jujur
Kejujuran merupakan salah satu kata kunci dalam kesuksesan seorang wirausahawan. Sebab suatu usaha tidak akan bisa berkembang sendiri tanpa ada kaitan dengan orang lain. Sementara kesuksesan dan kelanggengan hubungan dengan orang lain atau pihak lain, sangat ditentukan oleh kejujuran keduabelah phak. Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw menyatkan bahwa “Kejujuran akan membawa ketengan, sementara ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.” ((HR. Turmudzi)
14. Suka menyambung tali silaturahm
Seorang wirausahawan haruslah sering melakukan silaturahmi dengan mitra bisnis dan bahkan dengan konsumennya. Hal ini harus merupakan bagian dari integritas seorang wirausahawan muslim. Sebab dalam perspektif Islam, silaturahmi selain meningkatkan ikatan persaudaraan juga akan membuka peluang-peluang bisnis baru. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah saw : “Siapa yang ingin murah rezekinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari)
15. Memiliki komitmen pada pemberdayaan
Menurut perspektif Islam keberhasilan seseorang dalam usahanya bukanlah mutlak merupakan hasil kerjanya, melainkan merupakan kerja kolektif sejumlah manusia yang terkait dengannya. Oleh karenanya Islam menekankan sekali pentingnya komitmen pemberdayaan. Sedemikian pentingnya, sehingga menurut Islam, dalam harta seseorang selalu terdapat hak-hak orang miskin . (QS. Al Dzariyat : 19)
Komitmen pada permberdayaan memiliki arti luas, dan pelaksanaannya merupakan bagian dari tanggung jawab social pengusaha.
16. Menunaikan zakat, infak dan sadaqah (ZIS)
Menunaikan zakat, infak, dan sadaqah harus menjadi budaya wirausahawan muslim. Menurut Islam sudah jelas, harta yang digunakan untuk membayar ZIS, tidak akan hilang, bahkan menjadi tabungan kita yang akan dilipatgandakan oleh Allah, di dunia dan di akherat kelak. Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah bagai sebutir biji yaan tumbuh menjadi tuhuh tangkai. Pada tiap tangkai itu berbuah seratus bijih dan Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah : 261)
Dalam ayat lain Allah berfirman : (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan menperoleh derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS.Al Anfal : 3-4)
Pengertian sebagian dari rezeki, sebagimana ayat di atas, idealnya adalah sekitar 35 persen. Karena itu, bagi wirausahawan muslim, nilai ZIS yang dibayarkan semestinya tidak kurang dari 10%.
17. Puasa sunat
Hubungan antara bisnis dan keluarga ibarat dua sisi mata uang, sehingga satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Sebagai seorang entrepreneur, disamping menjadi pemimpin di perusahannya, dia juga menjadi pemimpin di rumah tangganya. Membiasakan keluarga, istri, anak, untuk melaksanakan puasa-puasa sunat (puasa senin-kamis, puasa hari besar, dan sebagainya), bahkan mewajibkannya (untuk keluarga) merupakan usaha yang sangat mulia dan akan sangat mendukung usaha.
18. Shalat sunat
Shalat-shalat sunat seperti, shalat sunat wudhu, rawatib, tahajud, witir, fajar dan shalat sunat dhuha juga sangat penting dilaksanakan sehingga suasana keluarga akan terasa sejuk dan selalu dalam suasana agama. Mewajibkan shalat-shalat tersebut (untuk keluarga) merupakan jalan terbaik sehingga doa keluarga yang dalam suasana agama tentu akan didengar Allah swt.
19. Mengasuh anak yatim
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memeberi makan orang miskin”. ( QS. Al Ma’un : 1-3).
Sebagai pengusaha, mengasuh anak yatim merupakan kewajiban. Mengasuh atau memelihara dalam arti memberkan kasih sayang dan nafkah (makan, sandang, papan, dan biaya penddikan). Lebih baik lagi bila juga kita berikan bekal (ilmu/agama/ketrampilan) sehingga mereka akan mampu mandiri menjalani kehidupan di kemudian hari.
20. Memampukan orang miskin
Allah swt telah mewahyukan kepada Daud as ; “Kelak pada hari kiamat akan datang seorang hambaa menghadapKu dengan membawa bekal amal kebajikan, maka Aku serahkan segala kenikmatan sorga kepadanya. Daud berkata : “Ya Rabbi, siapakah hamba itu ?” Allah menjawab : “Yaitu orang mukmin yang berusaha memenuhi keperluan sesemanya sampai berhasil ataupun tidak berhasil”. (HR. Al Khathib dan Ibnu Asakir yang bersumber dari Ali ra.). Pepatah mengatakan, “Kalau kita menanam padi, maka rumput akan tumbuh, tetapi kalau kita menanam rumput, padi tidak akan tumbuh”.
Memampukan orang miskin adalah pekerjaan yang sangat mulia di sisi Allah dan merupakan tabungan kita untuk akhirat. Kalau kita menabung untuk akhirat (padi), maka dunia otomatis bisa diraih. Jadi dengan kata lain, kalau kita ingin dikayakan oleh Allah maka kita harus mau dan berani mengayakan orang lain atau dengan jalan memampukan orang miskin.
21. Mengembangkan sikap toleransi
Toleransi, tenggang rasa, tepo sliro (Jawa) lamak diawak katuju diurang (Minang) merupakan sikap yang penting dimiliki wirausahawan. Dengan demikian, tampak orang bisnis itu supel, mudah bergaul, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, teguh memegang prinsip namun tidak kaku dalam berhubungan dengan pihak lain (termasuk dengan pelanggannya).
22. Bersedia mengakui kesalahan dan suka bertaubat
Kesalahan dan kegagalan bagi wirausahawan muslim merupakan hal berharga dan bisa menjadi guru di kemudian hari. Dari situ ia akan selalu melakukan koreksi dan intropeksi diri, tanpa harus diketahui publik. Pengakuan terhadap kesalahan atau kegagalan merupakan bagian dari perubahan sikap (taubat). Sementara itu mengungkap aib orang lain tetap merupakan perbuatan tercela. Kedua petunjuk ini dilaksanakan dengan menyadari kegagalan tanpa mengeksposenya, sehingga ia dapat melakukan perbaikan (taubatan nasuha) oleh dirinya sendiri dan untuk diri serta manusia di sekitarnya.
Berdasara prinsip itu maka seorang wirausahawan muslim memiliki mental yang tangguh dalam menghadapi segala tantangan. (QS. Al Taubah : 9), dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa ia dapat mengatasi segala tantangan dan kegagalan yang ada. (QS.Al Zumar : 53)


PESAN


Cari bakat yang Anda senangi, bermimpilah / cita-cita yang tinggi, mulailah dari kecil, mulai sekarang (jangan hanya wacana / teori), berani dan dermawan. Serta hilangkan semua yang menjadi beban agar bebas untuk berkreasi dan berkarya sehingga merasa merdeka. Dan sesungguhnya harus dilandasi iman dan takwa kepada Allah swt. Insya Allah akan menjadi Pengusaha muslim sejati.
Wallahu a’lam